Saturday, December 25, 2010

pagi, 25 Desember 2004

... Tidak seperti biasanya, subuh itu sehabis sholat ketika Ummi meminpin mereka berdzikir. Delisa tiba-tiba maju kedepan. Merangkak dengan mukena masih membungkus tubuhnya. Fatimah melotot menyuruhnya duduk kembali. Tetapi gadis yang baru berumur 6 tahun itu tidak peduli, tetap mendekati sajadah Ummi. Aisyah nyengir. Zahra tak memperhatikan kelanjutan dzikir meniru suara Ummi.

Delisa duduk bertelekan lutut di belakang Ummi. Kemudian pelan memeluk leher Ummi yang duduk berdzikir di depannya.

"Ada apa, Sayang?" Ummi menghentikan dzikirnya, menoleh menatap muka Delisa yang ada di bahu kanannya, tersenyum.

Ya Allah, mata Delisa teduh sekali. Mukanya lembut menatap Ummi. Mukaketurunan dengan mukena putih menghiasi wajahnya. Muka yang habis dibasuh wudhu. Muka Delisa yang habis dibasuh sujud (meski Delisa lupa lagi bacaan sujud tadi). Muka yang habis dibasuh dengan dzikir. Muka itu mempesona. Mata hijau Delisa mengerjap-ngerjap.

"Ada apa, Sayang?" Ummi menggerak-gerakkan badannya. Seolah-olah akan menggendong Delisa dari belakang. Tersenyum, menggoda Delisa. Fatimah menatap menyeringai dari belakang. Dzikir mereka terhenti. Aisyah dan Zahra bertatapan satu sama lain. Kedua saudara kembar itu bingung melihat kelakuan adik bungsunya.

Bibir Delisa menyimpul senyum. Matanya sedang menatap beningnya bola mata Ummi. Berbisik.

"U-m-m-i..."

"Ya, ada apa, Sayang?"

"Delisa.... D-e-l-i-s-a cinta Ummi.... Delisa c-i-n-t-a Ummi karena Allah!" Ia pelan sekali mengatakan itu. Kalah oleh desau angin pagi Lhok Nga yang menyelisik kisi-kisi kamar tengah. Tetapi suara itu bertenaga. Amat menggetarkan. Terdengar jelas di telinga kanan Ummi. Kalimat yang bisa meruntuhkan tembok hati.

Ummi Salamah terpana. Ya Allah, kalimat itu sungguh indah. Ya Alloh... kalimat itu membuat hatinya meleleh seketika. Delisa cinta Ummi karena Allah.... Tasbih Ummi terlepas. Matanya berkaca-kaca. Ya Allah, apa yang barusan dikatakan bungsunya? Ya Allah darimana Delisa dapat ide untuk mengatakan kalimat seindah itu. Tangan Ummi sudah bergetar menjulur merengkuh tubuh Delisa.

"U-m-m-i juga cinta Delisa.... U-m-m-i c-i-n-t-a Delisa karena Allah!" Ummi Salamah terisak memeluk bungsunya. Memeluknya erat. Putri sulungnya Fatimah di belakang menghela nafas. Adik bungsunya itu selalu diluar dugaan, tapi pagi ini, kelakuan Delisa benar-benar diluar dugaan.

Zahra terdiam menundukkan kepala. Ikut terharu.

Aisyah tersentuh. Ia beranjak merangkak mendekat ke depan. Ikut memeluk Umminya dari belakang, berbisik lemah, "Aisyah juga cinta Ummi...."

Zahra dan Fatimah ikut mendekat. Mereka berpelukan erat. Anak-anak gadis yang shalehah, dengan Ummi pemberi teladan. Bertangis bahagia. Delisa merangkul kakak-kakaknya, menangis tersedan.

Pagi itu, Sabtu 25 Desember 2004. Sehari sebelum badai tsunami menghancurkan pesisir Lhok Nga. Sebelum alam kejam sekali merenggut semua kebahagiaan Delisa. ...



....................Hafalan Sholat Delisa (Tere-Liye)....................

real flow trailer

 

iyez.arch. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com